KETERAMPILAN
BERTANYA
Keterampilan- keterampilan mengajar
yang dapat dilatihkan melalui micro- teaching yang harus dikuasai terlebih
dahulu oleh praktik pengalaman lapangan di lembaga pendidikan, yakni di TK, SD,
SLTP, atau SMU.[1]
Salah satu keterampilan yang dibahas oleh kelompok dua adalah keterampilan
bertanya.
A. Defenisi
keterampilan bertanya
Mengajukan
pertanyaan yang baik adalah mengajar yang baik. Oleh karena itu, “kita dalam
bertanya adalah kita dalam membimbing siswa belajar”. Dan hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada umumnya guru tidak berhasil menggunakan teknik bertanya
yang efektif. keterampilan bertanya menjadi penting jika dihubungkan dengan
pendapat yang mengatakan “berpikir itu adalah bertanya”.[2]
Menurut
Saidiman, bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respons dari seseorang
yang dikenai. Respons yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan
hal- hal yang merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan berpikir.[3]
G.A. Brown
dan R.Edmondson mendefenisikan pertanyaan adalah segala pernyataan yang
menginginkan tanggapan verbal. Pertanyaan tidak selalu dalam bentuk Tanya,
tetapi dapat juga dalam bentuk kalimat perintah atau kalimat pertanyaan.[4]
Dan menurut
Brown, bertanya adalah setiap pernyataan yang mengkaji atau menciptakan ilmu
pada diri peserta didik. Cara untuk mengajukan pertanyaan yang berpengaruh
positif bagi kegiatan belajar peserta didik merupakan suatu hal yang tidak
mudah.[5] Oleh sebab itu, sebagai
pendidik kita hendaknya berusaha agar memahami dan menguasai penggunaan
keterampilan dasar bertanya.
Dari uraian
tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian keterampilan dasar mengajar
bertanya adalah suatu aktifitas guru yang berupa ungkapan pertanyaan kepada
anak didik untuk menciptakan pengetahuan dan meningkatkan kemampuan berfikir.[6]
B. Fungsi
pertanyaan
Fungsi pertanyaan dalam
kegitaan pembelajaran sepintas telah disinggung dalam bagian rasional, dan
menurut Turney mengidentifikasi 12 fungsi pertanyaan seperti berikut:
1. Membangkitkan
minat dan keingintahuan siswa tentang suatu tofik.
2. Memusatkan
perhatian pada masalah tertentu.
3. Menggalakkan
penerapan belajar aktif.
4. Merangsang
siswa mengajukan pertanyaan sendiri.
5. Menstrukturkan
tugas- tugas hingga kegiatan belajar dapat berlangsung secara maksimal.
6. Mendiognosis
kesulitan belajar siswa.
7. Mengkomunikasikan
dan merealisasikan bahwa senua siswa harus terlibat secara aktif dalam
pembelajaran.
8. Menyediakan
kesempatan bagi siswa untu mendemostrasikan pemahamannya tentang informasi yang
diberikan.
9. Melibatkan
siswa dalam memanfaatkan kesimpulan yang mendorong mengembangkan proses
berpikir.
10.Mengembangkan
kebiasaan menanggapi pernyataan teman atau pernyataan gurunya.
11. Memberikan
kesempatan untuk belajar berdiskusi.
12. Menyatakan
perasaan dan pikiran yang murni kepada siswa.[7]
C. Tujuan
keterampilan bertanya
1. Merangsang
kemampuan berpikir
2. Membantu
siswa dalam belajar.
3. Mengarahkan
siswa pada tingkat interaksi belajar yang mandiri.
4. Meningkatkan
kemampuan berpikir siswa dari kemampuan berpikir tingkat rendah ke tingkat yang
lebih rendah.
5. Membantu
siswa dalam mencapai tujuan pelajaran yang di rumuskan.[8]
6. Menguji
dan mengukur hasil belajar.[9]
D. Komponen-
komponen keterampilan bertanya
1. Kompnen-
komponen bertanya dasar
a. Penggunaan
pertanyaan secara jelas dan singkat.
Pertanyaan guru harus diungkapkan secara jelas dan
singkat dengan menggunakan kata- kata yang dapat dipahami oleh siswa sesuai
dengan taraf perkembangannya.[10] Usahakan jangan sampai
peserta didik tidak dapat menjawab pertanyaan, hanya karena tidak mengerti maksud
pertanyaan yang diajukan atau karena petanyaan yang panjang dan terbelit-
belit.[11] Contoh:
- Oleh
sebab bagaimana bahwa bangsa Belanda datang
dan menjajah bangsa Indonesia?
- Jelaskan
apa latar belakang bangsa belanda menjajah Indonesia?
Pertanyaan di atas
menunjukan bahwa pertanyaan yang kedua lebih jelas bahasanya, dan lebih jelas
apa yang dimaksud sehingga akan lebih mudah bagi anak untuk mencari jawabannya.[12]
b. Memberikan
acuan
Supaya siswa dapat menjawab dengan tepat, dalam
mengajukan pertanyaan guru perlu memberikan informasi yang menjadi acuan
pertanyaan.[13]
Melaluli acuan ini dimungkinkan peserta didik mengolah informasi untuk
menemukan jawaban yang tepat.contohnya:” kita sangat beruntung karena memiliki
satu bahasa nasional, yaitu bahasa Indonesia yang dapat di pakai berkomunikasi
oleh seluruh bangsa Indonesia, Negara- Negara tetangga kita severti Malaysia
dan Filipina memiliki lebih dari satu kata pengantar. Coba jelaskan dampak
penggunaan bahasa ini bagi perkembangan informasi di Negara kita dan Negara
tetangga”.
Contoh diatas menunjukan bahwa acuan yang diberikan
guru merupakan pedoman dalam menjawab pertanyaan. Tanpa acuan tersebut, jawaban
mungkin akan bervariasi. Dengan mengolah acuan yang diberikan ataupun dengan
mempedomani acuan yang diberikan, jawaban siswa akan lebih terarah.
c. Memusatkan
perhatian
Pemusatan dapat dikerjakan dengan cara memberikan
pertanyaan yang luas, kemudian mengubahnya menjadi pertanyaanyang sempit. Oleh
karena itu pertanyaan yang luas hendaknya selalu diikuti oleh pemusatan, yaitu
yang memfokuskan perhatian siswa pada inti masalah tertentu.
Pertanyaan dapat digunakan untuk memusatkan
perhatian peserta didik, di samping itu pemusatan perhatian dapat juga
dilakukan dengan mengetuk meja, mengetuk papan tulis, dan tepuk tangan.
Pemakaian pertanyaan untuk memusatkan perhatian peserta didik perlu disesuikan
dengan kepentingan pembelajaran. Misalnya:
- Binatang
apakah yang hidup di udara? Jawabannya bisa bermacam- macam. Pertanyaan
tersebut bisa dipusatkan sebagai berikut.
- Binatang
apakah yang hidup di udara, tetapi kalau
siang bergelantungan di pohon?
d. Pemindahan
giliran
Pemusatan dapat dikerjakan dengan cara meminta siswa
yang berbeda untuk menjawab pertanyaan yang sama.untuk melibatkan peserta didik
semkasimal mungkin dalam pembelajaran, guru perlu memberi giliran dalam
menjawab pertanyaan. Guru hendaknya berusaha
agar semua peserta didik mendapat giliran dalam menjawab pertanyaan. Pemberian
giliran dalam menjawab pertanyaan, selain untuk melibatkan peserta didik, serta
untuk menciptakan iklim pembelajaran yang menyenangkan. Pemberian giliran dalam
menjawab pertanyaan ini tidak harus selesai dalam satu kali pertemuan, tetapi
mungkin dalam dua atau tiga kali pertemuan. Pelaksanaannya dipadukan dengan
teknik penyebaran pertanyaan.
Terdapat perbedaan antara pemberian giliran dengan
penyebaran. Pemberian giliran adalah satu social dijawab secara bergiliran oleh
beberapa orang peserta didik, sedangkan penyebaran adalah beberapa peratanyaan
yang berbeda disebarkan secara bergiliran dan dijawab oleh peserta didik yang
berbeda.[14]
Cara seperti ini dapat mendorong siswa untuk selalu memperhatikan jawaban yang
diberikan temannya serta meningkatkan interaksi antar siswa, contohnya.
Guru :”bagaimana
pendapat anda mengenai penyelenggaraan lomba karya ilmiah tahun ini?”
Siswa I :”sangat
baik”.
Guru :”siapa
yang dapat melengkapi jawaban tersebut?”
Siswa II :”ya,
baik karena pengumuman persyaratannya cukup jelas”.
Guru :”bagaimana
dari segi mutu karya yang menang?”
Siswa III :”karya
yang menang memang hebat”.
Guru :”bagaimana
pendapat yang lain?”
Siswa IV :”saya
setuju pak, saya kagum akan karya yang menang tersebut”.
Dari contoh di atas dapat dilihat, bahwa satu
pertanyaan yang kompleks dapat dijawab oleh beberapa orang siswa yang saling
melengkapi jawaban atau saling memberi komentar. Teknik pemindahan giliran yang
diterapkan secara baik akan mampu meningkatkan perhatian dan partisipasi siswa.
e. Pemberian
kesempatan untuk berpikir
Untuk menjawab satu pertanyaan, seseorang memerlukan
waktu untuk berpikir. Demikian juga dengan siswa yang harus menjawab pertanyan
guru memerlukan waktu untuk memikirkan jawaban pertanyaan tersebut. Oleh karena
itu, setelah mengajukan pertanyaan guru hendaknya menunggu beberapa saat
sebelum meminta atau menunjuk siswa untuk menjawabnya. Kebiasaan guru yang
menunjuk siswa terlebih dahulu untuk menjawab pertanyaan sebelum
pertanyaan itudi ajukan, tidak dapat
dibenarkan, sebab tidak memberikan waktu untuk berpikir, peserta didik yang lain
bisa jadi tidak memperhatikan, karena mereka sudah tahu siapa yang harus
menjawab pertanyaan yang diajukan.
f. Pemberian
tuntunan
Dalam menjawab pertanyaan, kadang- kadang pertanyaan
yang diajukan oleh guru tidak dapat dijawab oleh anak didik, ataupun
jika ada yang menjawab, jawaban yang diberikan
tidak seperti yang diharapkan. Dalam hal ini, guru tidak boleh diam dan
menunggu sampai siswa memberikan jawaban. Guru harus memberika suatu tuntunan
yang memungkinkan siswa secara bertahap mampu memberikan jawaban yang
diharapkan. Tuntunan dapat diberikan antara lain dengan berbagai cara berikut:
- Mengungkapkan
kembali pertanyaan dengan cara lain yang lebih mudah dan sederhana, sehingga
dapat dipahami oleh siswa.
- Mengajukan
pertanyaan lain yang lebih sederhana yang dapat menuntun siswa menemukan jawabannya.
- Mengulangi
penjelasan sebelumnya yang berkaitan dengan pertanyaan yang diajukan.
2. Komponen-
komponen keterampilan lanjutan
a. Pengubahan
tuntunan tingka kognitif
Untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa
diperlukan pengubahan tuntunan tingkat kognitif pertanyaan. Guru hendaknya
mampu mengubah pertanyaan dari tingkat kognitif yang hanya sekedar mengingat fakta menuju pertanyaan asfek kognitif
lain, seperti pemahaman, penerapan, analisis, dan evaluasi.[15] Dan setiap pertanyaan
perlu di sesuaikan dengan taraf
kemampuan berpikir siswa.
b. Urutan
pertanyaan
Pertanyaan yang diajukan haruslah mempunyai urutan
yang logis.[16]
Dan jangan mengajukan pertanyaan bolak balik dari yang mudah atau yang
sederhana kepada yang sukar lagi. Hal ini akan menimbulkan kebingungan pada
siswa dan partisipasi siswa dalam mengikuti pelajaran dapat menurun.
c. Penggunaan
pertanyaan pelacak
Untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan siswa yang
berkaitan dengan jawaban yang dikemukakan, kemampuan melacak perlu dimiliki
oleh guru. Pertanyaan pelacak bisa di lakukan dengan klasifikasi, meminta
argumentasi, meminta kesempatan pandangan, meminta jawaban yang lebih relevan,
meminta contoh.
d. Peningkatan terjadinya interaksi
Untuk mendorong terjadinya interaksi, perlu kita
perhatikan, yaitu, pertanyaan hendaknya dijawab oleh seorang peserta didik
diberi kesempatan singkat untuk mendiskusikan jawabannya bersama teman
dekatnya. Dan juga guru hendaknya menjadi dinding pemantul.
E. Hal-
hal yang perlu diperhatikan dalam memberi pertanyaan
Dalam
memberi pertanyaan kepada siswa hendaknya guru memperhatikan beberapa hal,
yaitu:
- Sebelum
memberi pertanyaan hendaknya guru sudah mengetahui jawaban yang dimaksud,
sehingga jawaban yang menyimpang dari siswa akan segera dapat diketahui, dan
diatasi.
- Guru
harus mengetahui pokok masalah yang ditanyakan dan memberi pertanyaan sesuai
dengan pokok yang dibahas.
- Hendaknya
guru memberi pertanyaan dengan sikap hangat dan antusias.
- Mengulang-
ulang pertanyaan sendiri[17]
F. Jenis-
jenis pertanyaan
1. Pertanyaan
pengetahuan
Pertanyan yang menuntut
siswa untuk mengingat dan mengatakan kembali fakta- fakta yang telah
dipelajari. Kata- kata yang biasanya digunakan untuk membuat pertanyaan
pengetahuan adalah. Siapa, apa, dimana, dan bilamana.contohnya,
- ”
Apa nama ibu kota propinsi Riau?”
2. Pertanyaan
yang mengandung unsur suruhan dengan harapan agar siswa dapat mematuhi perintah
yang diucapkan, oleh karena itu pertanyaan ini tidak mengharapkan jawaban dari
siswa, akan tetapi yang diharapkan tindakan siswa. contohnya,
- “dapatkah
kamu menunjukan batas- batas wilayah propinsi jawabarat pada peta yang ada
didepan kamu?”[18]
3. Pertanyaan
pemahaman suatu bahan yang telah dipelajari yang terlihat antara lain dalam
kemampuan seseorang menafsirkan informasi. Contohnya,
- “jelaskan
menurut kata- katamu sendiri tentang proses pembuatan tempe?”
4. Pertanyaan
penerapan
Pertanyaan yang menuntut
anak untuk memberi jawaban tunggal yang benar dengan cara menerapkan
pengetahuan, informasi, rumus- rumus, untuk memecahkan persoalan- persoalan
baru.contohnya,
- “Berilah
contoh pengamalan sila ke IV pancasila?”
5. Pertanyaan
analisa
Merupakan suatu pertanyaan
yang menuntut anak untuk berfikir lebih kritis yang dalam dengan suatu jalan
penyelesaian.contohnya,
- “
kehidupan di desa lebih tenang dibandingkan dengan kehidupan dikota, dapatkah
anda mencari bukti- bukti?”
6. Pertanyaan
sintesa
Pertanyaan yang menuntut
anak untuk mengembangkan daya kreasinya, dan cirinya adalah bahwa jawaban yang
benar tidak satu.contohnya,
- “Apa
yang terjadi apabila hutan terus ditebangi? ”
7. Pertanyaan
evaluasi
Pertanyaan yang menghendaki
jawaban siswa dengan cara memberi penilaian atau pandangannya terhadap suatu
peristiwa atau suatu kejadian.contohnya,
- “bagaimana
pendapatmu tentang kenakalan remaja akhir- akhir ini? [19]
G. Tabel
jenis pertanyaan yang bisa disiasati oleh guru ketika melakukan pembelajaran.[20]
Katagori
pertanyaan
|
arti
|
Contoh
|
Terbuka
|
Pertanyaan yang memiliki lebih
dari satu jawaban benar.
|
Mengapa ibu kota Indonesia,
Jakarta?
|
Tertutup
|
Pertanyaan yang memiliki hanya
satu jawaban yang benar.
|
Apa nama ibu kota Indonesia?
|
Produktif
|
Dapat dijawab melalui pengamatan,
percobaan, penyelidikan.
|
Berapa halam kertas diperlukan
untuk menghabiskan sebuah spidol ini?
|
Tidak
produktif
|
Dapat dijawab hanya dengan melihat,
tampa melakukan pengamatan, percobaan, atau penyelidikan.
|
Apa benda ini?
|
Imajinatif/
interpretatif
|
Jawabnya
diluar benda gambar/ kejadian yang diamati.
|
“gambar gadis termenung di
pinggir laut”. Apa yang sedang dipikirkan gadis itu?
|
DAFTAR
PUSTAKA
Alma, Buckhri. 2008. Guru Professional. Bandung: Alfabeta
Eni, Purwati. 2009. Micro Teaching. Surabaya: afriati
Fuad Bin Abdu Aziz Asy- Syalhab. 2005.
Konsep Belajar Mengajar Cara Rasulullah
Saw.Bandung: mqs marketing
http// Muhammad- bhasor.
Blogspot.com/ 2010/ 08/ keterampilan dasar-mengajar- bertanya
http//www.Edukasi Kompasional.
Com//2009/10/19/ Delapan- kompetensi dasar mengajar
J.J.Hasibun dan Moedjiono. 2008. Proses Belajar Mengajar. Bandung: pt.
remaja rosdakarya
Mulyasa. 2006. Menjadi Guru Professional. Bandung: pt remaja rosdakarya
Muslich,
Masnur. 2007. KTSP. Jakarta: Bumi
Aksara
Soetomo. Interaksi
Belajar Mengajar. Surabaya: usaha nasional
Sukirman, Dadang dan Mamad Kasmad. 2006.
Pembelajaran Micro. Bandung: upi
press
uno, Hamzah B. Orentasi Baru Dalam Psikologi
Pembelajaran. Jakarta: bumi aksara
usman, moh. User. 2010. Menjadi Guru Profesional. Bandung: pt
remaja rosdakarya
winataputra,
Udin s. 2002. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta:UT
Winasanjaya. 2005. Pembelajaran dalam imflementasi kurikulum berbasis kompetensi. Bandung:
[1] Fuad Bin
Abdu Aziz Asy- Syalhab, Konsep Belajar
Mengajar Cara Rasulullah Saw,(Bandung: mqs marketing, 2005),hlm:80
[3] J.J.Hasibun
dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar,
(Bandung: pt. remaja rosdakarya, 2008),hlm: 62
[7]Udin S. winataputra, op cit, hlm: 7.8
[12] Soetomo, Interaksi Belajar Mengajar, (Surabaya: usaha nasional, ), hlm:85
[16] http// Muhammad- bhasor. Blogspot.com/ 2010/
08/ keterampilan dasar-mengajar- bertanya
[18] Winasanjaya,
Pembelajaran dalam imflementasi kurikulum
berbasis kompetensi,(Bandung: ,2005),hlm:158
Tidak ada komentar:
Posting Komentar